Selasa, 26 Januari 2010

PUNK

ALIRAN PUNK

Oleh : Kusyardi, S.Pd

Pada masa kini dengan adanya globalisasi, banyak sekali kebudayaan yang masuk ke Indonesia, sehingga tidak dipungkiri lagi muncul banyak sekali kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut muncul dikarenakan adanya persamaan tujuan atau senasib dari masing-masing individu maka muncullah kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat.

Kelompok-kelompok sosial yang dibentuk oleh kelompok anak muda yang pada mulanya hanya dari beberapa orang saja kemudian mulai berkembang menjadi

suatu komunitas karena mereka merasa mempunyai satu tujuan dan ideologi yang sama.

Salah satu dari kelompok tersebut yang akan kita bahas adalah kelompok “Punk”. Mendengar kata “Punk”, yang melintas dalam benak kita adalah kelompok dengan dandanan ‘liar’ dan rambut dicat dengan potongan ke atas dengan anting-anting. Mereka biasa berkumpul di beberapa titik keramaian pusat kota dan memiliki gaya dengan ciri khas sendiri.

“Punk” hanyalah sebuah aliran. Tetapi jiwa d

an kepribadian pengikutnya, akan kembali lagi ke masing-masing individu. Motto dari anak-anak “Punk” tersebut adalah, Equality (persamaan hak). Itulah yang membuat banyak remaja tertarik bergabung did alamnya.

“Punk” sendiri lahir karena adanya persamaan

terhadap jenis aliran musik “Punk” dan adanya gejala perasaan yang tidak puas dalam diri masing-masing sehingga mereka mengubah gaya hidup mereka dengan gaya hidup “Punk”..

“Punk” yang berkembang di Indonesia lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan. Dengan gaya hidup yang anarkis yang membuat mereka merasa mendapat kebebasan. Namun kenyataannya gaya hidup “Punk” ternyata membuat masyarakat resah dan sebagian lagi menganggap dari gaya hidup mereka yang mengarah ke barat-baratan.

Sebenarnya, “Punk” juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan ”kita dapat melakukan sendiri.”

Jumlah anak “Punk” di Indonesia memang tidak banyak, tapi ketika mereka turun ke jalanan, setiap mata tertarik untuk melirik gaya rambutnya yang Mohawk dengan warna-warna terang dan mencolok. Belum lagi atribut rantai yang tergantung di saku celana, sepatu boot, kaos hitam, jaket kulit penuh badge atau peniti, serta gelang berbahan kulit dan besi seperti paku yang terdapat di sekelilingnya yang menghiasi pergelangan tangannya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari busana mereka.

Begitu juga dengan celana jeans super ketat yang dipadukan dengan baju lusuh, membuat image yang buruk terhadap anak “Punk” yang anti sosial.

Anak “Punk”, dalam masyarakat biasanya dianggap sebagai sampah masyarakat. Tetapi yang sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang ingin mencari kebebasan. Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, dan tatacara hidup yang dicuri dari kelompok-kelompok kebudayaan lain yang lebih mapan, merupakan upaya membangun identitas berdasarkan simbol-simbol.

Gaya “Punk” merupakan hasil dari kebudayaan negara barat yang ternyata telah diterima dan diterapkan dalam kehidupan oleh sebagian anak-anak remaja di Indonesia, dan telah menyebabkan budaya nenek moyang terkikis dengan nilai-nilai yang negatif.

Gaya hidup “Punk” mempunyai sisi negatif dari masyarakat karena tampilan anak “Punk” yang cenderung ‘menyeramkan’ seringkali dikaitkan dengan perilaku anarkis, brutal, bikin onar, dan bertindak sesuai keinginannya sendiri. Perilaku tersebut mengakibatkan pandangan masyarakat akan anak “Punk” adalah perusak, karena mereka bergaya mempunyai gaya yang aneh dan seringnya berkumpul di malam hari menimbulkan dugaan bahwa mereka mungkin juga suka mabuk-mabukan, sex bebas dan pengguna narkoba.

Awalnya pembentukan komunitas “Punk” tersebut menganut prinsip dan aturan kebersamaan. Yakni aturan yang dibuat dengan tidak ada satu orang pun yang menjadi pemimpin, karena prinsip mereka adalah kebersamaan atau persamaan hak di antara anggotanya. Dengan kata lain, “Punk” berusaha menyamakan status yang ada sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka.

Sebenarnya anak “Punk” adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang dijalani para “Punkers” memang sangat aneh, maka pandangan miring dari masyarakat selalu ditujukan pada mereka. Padahal banyak di antara “Punkers” yang mempunyai kepedulian sosial sangat tinggi.

Komunitas anak “Punk” mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak terlibat tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek kehidupan lainnya. Dan juga komunitas anak “Punk” mempunyai landasan etika ”kita dapat melakukan sendiri”.

Beberapa komunitas “Punk” di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Komunitas tersebut membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian berkembang menjadi semacam toko kecil yang disebut distro. Tak hanya CD dan kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Produk yang dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Kemudian hasil yang didapatkan dari penjualan tersebut, sebagian dipergunakan untuk membantu dalam bidang sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan meskipun mereka tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas.

Minggu, 24 Januari 2010

WISATA

“DEWO BALITUNG”

Andalan Wisata Kab. Pekalongan

Oleh : Sutomo, S.Pd

Nama “Dewo Balitung”, sepintas mengesankan seperti nama-nama dewa yang kita kenal dalam kancah agama Hindu dan Buddha. Terus menimbulkan pertanyaan lebih lanjut; apa dan siapa itu “Dewo Balitung”?

Prakiraan Anda bahwa “Dewo Balitung” adalah nama seorang dewa, ternyata meleset jauh. Sebab “Dewo Balitung” di sini hanyalah sebuah singkatan. De, singkatan dari Depok. Wo, singkatan dari Wonokerto. Ba, singkatan dari Batik. Li, singkatan dari Linggoasri. Dan, Tung, singkatan dari Petungkriyono.

Kelima nama tersebut sangat akrab di telinga kita karena memang nama-nama itu menjadi tujuan wisata dan andalan wisata Kabupaten Pekalongan.

Sebagai orang Kab. Pekalongan, siapa yang tidak kenal Depok? Depok, adalah nama sebuah desa di wilayah kecamatan Siwalan, yang batas sebelah utaranya adalah laut Jawa. Sebagai desa yang memiliki akses wilayah ke laut, ternyata Depok memiliki pantai yang indah. Dan pantai Depok yang indah ini oleh Pemkab diberdayakan menjadi objek wisata.

Sebagai objek wisata, Depok memiliki prospek yang bagus karena posisinya yang strategis secara geografis. Yakni hanya berada pada kisaran 3 kilo dari jalan raya sehingga mudah dijangkau.

Nama kedua yang menjadi andalan income daerah adalah Wonokerto. Sama seperti Depok, Wonokerto juga memiliki wisata pantai yang tidak kalah menawan. Dari Pantai ini kita bisa menikmati sunrise di pagi hari maupun sunshine kala sore yang menyuguhkan pemandangan luar biasa. Kilau sinar matahari yang memantul di riak gelombang laut Jawa yang tenang, dalam bingkai sinar matahari keemasan, seperti tebaran mutiara yang berkilau.


Selain keindahan pemandangan pantai dan laut, Wonokerto juga memiliki TPI (Tempat Pelelangan Ikan) pada ujung sebelah barat. Di sini terjadi transaksi jual-beli ikan segar hasil tangkapan nelayan. TPI beserta rutinitas aktifitasnya, memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin pulang sambil membawa oleh-oleh ikan segar.



Dari wilayah paling utara, terus bergerak ke arah selatan, sampai di kecamatan Wiradesa. Di sini terdapat banyak pengrajin batik. Posisinya berada di sebelah kiri dan kanan jalan Daendels, tepatnya di desa Kemplong, Kauman, Kepatihan, Gumawang sampai Siwaru. Baik Waru Lor maupun Waru Kidul.



Ba pada singkatan berikutnya adalah Batik. Batik ini ternyata juga menjadi objek wisata yang tidak kalah menarik. Proses batik mulai dari pembuatan pola, isian pola, pewarnaan dengan coletan, variasi penutupan warna dengan lilin yang menimbulkan efek warna-warni sampai pada kegiatan ‘nglorod’ untuk menanggalkan lilin yang merupakan proses akhir, ternyata banyak menarik wisatawan domestik dan manca negara.

Rasa ingin tahu terhadap proses di balik warna-warni keindahan batik, menjadi sentuhan wisata tersendiri. Banyak wisatawan yang mencoba merasakan asyiknya membatik. Kepekaan Pemkab menangkap moment aset wisata Batik ini diwujudkan dengan menjadikan desa Kemplong sebagai Kampung Batik.

Bergerak ke selatan, di tengah wilayah Kabupaten Pekalongan, terdapat kota Kajen yang menjadi pusat pemerintahan. Sebelah selatan Kajen merupakan daerah pegunungan dengan relief tanah bergelombang, penuh dengan tanaman keras, tanaman industri karet dan pinus.

Di wilayah selatan Kajen terdapat desa Linggoasri. Linggoasri yang kaya dengan tanaman keras, pinus dan karet ini menyuguhkan nuansa alam nan asri. Suhu udara pegunungan yang sejuk, memberikan sentuhan tersendiri pada kulit, yang meresap ke hati, menebar kesejukan ke dalam jiwa.

Suasana hutan industri yang asri, mampu meredam segala gejolak panasnya pikiran karena rutinitas keseharian. Menyatu bersama alam dan keheningan, menjadi tujuan utama orang-orang kota yang bertandang ke sana.

Memfasilitasi insan pencari kedamaian, Pemkab memberikan sentuhan wisata pada Linggoasri. Jadilah Li berikutnya singkatan dari Linggoasri.



Di Linggoasri pengunjung bisa menikmati sentuhan dinginnya air pegunungan dengan berendam di kolam renang. Jika ingin merasakan dinginnya udara dan suasana malam, pengunjung bisa mendirikan tenda atau menyewa vila yang memang disediakan untuk itu.

Daya tarik lain di objek wisata Linggoasri adalah dengan diselenggarakannya kegiatan out-bound. Di bawah pemandu profesional, pengunjung bisa meningkatkan adrenalin dengan meniti jaring laba-laba, melakukan peluncuran, meniti tambang di udara, merayap di udara, sampai pada uji nyali melompat ke tanah sambil memukul bola, dari ketinggian duapuluhan meter!. Siapa berani?

Tung pada singkatan terakhir adalah Petungkriyono.


Ada empat kecamatan yang menjadi benteng wilayah Kabupaten Pekalongan bagian selatan, yaitu paling barat, Kecamatan Kandangserang, bergerak ke timur, Kecamatan Paninggaran, terus Kecamatan Lebakbarang, dan paling timur adalah Kecamatan Petungkriyono.

Kecamatan Petungkriyono, oleh Pemkab dijadikan tujuan wisata yang kelima. Lebih dari itu, status Petungkriyono adalah sebagai daerah Ekowisata (ekonomi wisata). Sebagai daerah ekowisata, Petungkriyono memiliki kelebihan potensi ekonomi dibandingkan dengan daerah lain.

Potensi yang pertama adalah di Petungkriyono terdapat budidaya tanaman strawberi. Iklim di Petungkriyono ternyata sangat cocok untuk budidaya tanaman tersebut, sehingga bisa menjadi wisata ekonomi yang mengasyikkan.

Relief tanah Petungkriyono, mampu memberikan sentuhan keindahan tersendiri. Pegunungan dan hutannya, masih dalam kawasan Dieng Plateau, yang berarti sejajar dengan pegunungan Dieng di Wonosobo.


Dari Petungkriyono ke arah barat, setelah melewati desa Tlogopakis, terdapat desa Curug Muncar. Sebuah desa yang indah. Sesuai dengan namanya, di Curug Muncar ini kita akan menemui banyak air terjun. Nyaris seluruh gunung yang membentengi Curug Muncar dari arah timur ke selatan, mengalir air terjun. Kebanyakan air terjun berundak. Yakni, sepertiga dari tempat paling atas mengalir air terjun, diikuti aliran air terjun pada sepertiga ketinggian berikutnya, sampai pada tataran ketinggian sepertiga paling bawah. Luar biasa. Sangat eksotis.

Rencana ke depan, Kabupaten Pekalongan akan mengembangkan wisata air, dengan mengambil kali Pencongan sebagai pusatnya.


Wisata air dilakukan dengan manata sepanjang kali Pencongan terus ke utara sampai Wonokerto dengan muara ke laut.

Diharapkan wisata air ini akan mampu menumbuhkembangkan perekonomian di seputar aliran sungai, yang pada gilirannya akan memberikan pemasukan yang tidak sedikit pada pundi-pundi Dipenda.





‘***



SAMBUTAN KADINDIK

SAMBUTAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN PEKALONGAN



Kami menyambut gembira kelahiran Blog Wahana IPS, yang dikelola MGMP IPS Kabupaten Pekalongan.

Blog ini bisa menjadi sarana komunikasi dan dialog antarwarga guru-guru IPS Kab. Pekalongan, guna meningkatkan kemampuan personal maupun profesional yang bermuara pada peningkatan kualitas pembelajaran.

Tak dapat dipungkiri, kehidupan sosial terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Peristiwa semacam Lumpur Lapindo di Sidoharjo, Tsunami di Aceh, jebolnya bendungan Situgintung di Jawa Barat yang menyebabkan tsunami di tengah kota, gempa di Bantul, gempa di Tasikmalaya, dan lain-lain, kesemuanya itu menjadi bahan pengetahuan sosial baru, yang tidak terdapat dalam silabus.

Tambahan pengetahuan sebagaimana tersebut di muka menjadi penting sebagai dokumen sosial, yang kelak bakal menjadi sejarah bagi anak cucu kita.

Langkah MGMP IPS membuat blog, patut mendapat acungan jempol sebagai kelompok MGMP terdepan yang patut ditiru oleh kelompok MGMP Mapel lain.

Selamat berkarya, dan terus berkarya.

Kajen, Januari 2010

Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Pekalongan,



TRI PANJI IRIYANTO