Minggu, 24 Januari 2010

WISATA

“DEWO BALITUNG”

Andalan Wisata Kab. Pekalongan

Oleh : Sutomo, S.Pd

Nama “Dewo Balitung”, sepintas mengesankan seperti nama-nama dewa yang kita kenal dalam kancah agama Hindu dan Buddha. Terus menimbulkan pertanyaan lebih lanjut; apa dan siapa itu “Dewo Balitung”?

Prakiraan Anda bahwa “Dewo Balitung” adalah nama seorang dewa, ternyata meleset jauh. Sebab “Dewo Balitung” di sini hanyalah sebuah singkatan. De, singkatan dari Depok. Wo, singkatan dari Wonokerto. Ba, singkatan dari Batik. Li, singkatan dari Linggoasri. Dan, Tung, singkatan dari Petungkriyono.

Kelima nama tersebut sangat akrab di telinga kita karena memang nama-nama itu menjadi tujuan wisata dan andalan wisata Kabupaten Pekalongan.

Sebagai orang Kab. Pekalongan, siapa yang tidak kenal Depok? Depok, adalah nama sebuah desa di wilayah kecamatan Siwalan, yang batas sebelah utaranya adalah laut Jawa. Sebagai desa yang memiliki akses wilayah ke laut, ternyata Depok memiliki pantai yang indah. Dan pantai Depok yang indah ini oleh Pemkab diberdayakan menjadi objek wisata.

Sebagai objek wisata, Depok memiliki prospek yang bagus karena posisinya yang strategis secara geografis. Yakni hanya berada pada kisaran 3 kilo dari jalan raya sehingga mudah dijangkau.

Nama kedua yang menjadi andalan income daerah adalah Wonokerto. Sama seperti Depok, Wonokerto juga memiliki wisata pantai yang tidak kalah menawan. Dari Pantai ini kita bisa menikmati sunrise di pagi hari maupun sunshine kala sore yang menyuguhkan pemandangan luar biasa. Kilau sinar matahari yang memantul di riak gelombang laut Jawa yang tenang, dalam bingkai sinar matahari keemasan, seperti tebaran mutiara yang berkilau.


Selain keindahan pemandangan pantai dan laut, Wonokerto juga memiliki TPI (Tempat Pelelangan Ikan) pada ujung sebelah barat. Di sini terjadi transaksi jual-beli ikan segar hasil tangkapan nelayan. TPI beserta rutinitas aktifitasnya, memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin pulang sambil membawa oleh-oleh ikan segar.



Dari wilayah paling utara, terus bergerak ke arah selatan, sampai di kecamatan Wiradesa. Di sini terdapat banyak pengrajin batik. Posisinya berada di sebelah kiri dan kanan jalan Daendels, tepatnya di desa Kemplong, Kauman, Kepatihan, Gumawang sampai Siwaru. Baik Waru Lor maupun Waru Kidul.



Ba pada singkatan berikutnya adalah Batik. Batik ini ternyata juga menjadi objek wisata yang tidak kalah menarik. Proses batik mulai dari pembuatan pola, isian pola, pewarnaan dengan coletan, variasi penutupan warna dengan lilin yang menimbulkan efek warna-warni sampai pada kegiatan ‘nglorod’ untuk menanggalkan lilin yang merupakan proses akhir, ternyata banyak menarik wisatawan domestik dan manca negara.

Rasa ingin tahu terhadap proses di balik warna-warni keindahan batik, menjadi sentuhan wisata tersendiri. Banyak wisatawan yang mencoba merasakan asyiknya membatik. Kepekaan Pemkab menangkap moment aset wisata Batik ini diwujudkan dengan menjadikan desa Kemplong sebagai Kampung Batik.

Bergerak ke selatan, di tengah wilayah Kabupaten Pekalongan, terdapat kota Kajen yang menjadi pusat pemerintahan. Sebelah selatan Kajen merupakan daerah pegunungan dengan relief tanah bergelombang, penuh dengan tanaman keras, tanaman industri karet dan pinus.

Di wilayah selatan Kajen terdapat desa Linggoasri. Linggoasri yang kaya dengan tanaman keras, pinus dan karet ini menyuguhkan nuansa alam nan asri. Suhu udara pegunungan yang sejuk, memberikan sentuhan tersendiri pada kulit, yang meresap ke hati, menebar kesejukan ke dalam jiwa.

Suasana hutan industri yang asri, mampu meredam segala gejolak panasnya pikiran karena rutinitas keseharian. Menyatu bersama alam dan keheningan, menjadi tujuan utama orang-orang kota yang bertandang ke sana.

Memfasilitasi insan pencari kedamaian, Pemkab memberikan sentuhan wisata pada Linggoasri. Jadilah Li berikutnya singkatan dari Linggoasri.



Di Linggoasri pengunjung bisa menikmati sentuhan dinginnya air pegunungan dengan berendam di kolam renang. Jika ingin merasakan dinginnya udara dan suasana malam, pengunjung bisa mendirikan tenda atau menyewa vila yang memang disediakan untuk itu.

Daya tarik lain di objek wisata Linggoasri adalah dengan diselenggarakannya kegiatan out-bound. Di bawah pemandu profesional, pengunjung bisa meningkatkan adrenalin dengan meniti jaring laba-laba, melakukan peluncuran, meniti tambang di udara, merayap di udara, sampai pada uji nyali melompat ke tanah sambil memukul bola, dari ketinggian duapuluhan meter!. Siapa berani?

Tung pada singkatan terakhir adalah Petungkriyono.


Ada empat kecamatan yang menjadi benteng wilayah Kabupaten Pekalongan bagian selatan, yaitu paling barat, Kecamatan Kandangserang, bergerak ke timur, Kecamatan Paninggaran, terus Kecamatan Lebakbarang, dan paling timur adalah Kecamatan Petungkriyono.

Kecamatan Petungkriyono, oleh Pemkab dijadikan tujuan wisata yang kelima. Lebih dari itu, status Petungkriyono adalah sebagai daerah Ekowisata (ekonomi wisata). Sebagai daerah ekowisata, Petungkriyono memiliki kelebihan potensi ekonomi dibandingkan dengan daerah lain.

Potensi yang pertama adalah di Petungkriyono terdapat budidaya tanaman strawberi. Iklim di Petungkriyono ternyata sangat cocok untuk budidaya tanaman tersebut, sehingga bisa menjadi wisata ekonomi yang mengasyikkan.

Relief tanah Petungkriyono, mampu memberikan sentuhan keindahan tersendiri. Pegunungan dan hutannya, masih dalam kawasan Dieng Plateau, yang berarti sejajar dengan pegunungan Dieng di Wonosobo.


Dari Petungkriyono ke arah barat, setelah melewati desa Tlogopakis, terdapat desa Curug Muncar. Sebuah desa yang indah. Sesuai dengan namanya, di Curug Muncar ini kita akan menemui banyak air terjun. Nyaris seluruh gunung yang membentengi Curug Muncar dari arah timur ke selatan, mengalir air terjun. Kebanyakan air terjun berundak. Yakni, sepertiga dari tempat paling atas mengalir air terjun, diikuti aliran air terjun pada sepertiga ketinggian berikutnya, sampai pada tataran ketinggian sepertiga paling bawah. Luar biasa. Sangat eksotis.

Rencana ke depan, Kabupaten Pekalongan akan mengembangkan wisata air, dengan mengambil kali Pencongan sebagai pusatnya.


Wisata air dilakukan dengan manata sepanjang kali Pencongan terus ke utara sampai Wonokerto dengan muara ke laut.

Diharapkan wisata air ini akan mampu menumbuhkembangkan perekonomian di seputar aliran sungai, yang pada gilirannya akan memberikan pemasukan yang tidak sedikit pada pundi-pundi Dipenda.





‘***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar